Perubahan Sosial Masyarakat Jepang (2) : Negara yang gemar berperang


Sepeninggal Kaisar Meiji Ditahun 1912, Tahta tertinggi pemerintahan Jepang diambil alih oleh Taisho. Saat Taisho berkuasa, Jepang mulai mengenal istilah Demokrasi Liberal sebagai ”pemanis’ dari sistem pemerintahan agar lebih menarik simpati rakyat. Pada Masa ini Jepang juga terlibat dalam perang dunia I untuk melawan Jerman. Bahkan anggaran terbesar untuk pembiayaan negara difungsikan untuk pembiayaan militer dan beraliansi dengan sekutu. Alhasil, meski Jepang menang perang, namun di dalam negeri, Jepang mengalami krisis yang sangat memprihatinkan. Terutama sektor pertanian Jepang yang merosot tajam sehingga banyak rakyat jepang yang mati kelaparan. Sementara itu pejabat-pejabat tinggi jepang terkena virus korupsi dan politik uang yang mengakibatkan kesenjangan sosial yang sangat tajam dikalangan pemerintahan dan rakyat sipil. Rakyat menjadi gerah atas gaya hidup hedonis para penguasa sementara banyak rakyat kecil yang mati kelaparan karena kekurangan beras dan puncaknya, peristiwa Rice Riot pun tak bisa dihindari pada tahun 1918. Ditengah kondisi Jepang yang mengalami krisis, pada tahun 1921 Jepang bersama dengan Amerika, Inggris, Italia dan Prancis menandatangani Perjanjian Washington untuk membatasi kekuatan angkatan laut. Namun Jepang diberlakukan tidak adil, sebab angkatan laut jepang dibatasi dengan skala yang lebih kecil dari keempat negara lainnya. Hal ini membuat rakyat jepang menjadi marah karena merasa direndahkan dan dilecehkan terang-terangan oleh bangsa barat.
Di dalam negeri, kelompok esktrim bermunculan karena situasi jepang yang sangat memperihatinkan. Kaum-kaum ultranasionalis berkembang pesat dengan dukungan penuh dari militer. Mereka bertekad untuk memperjuangkan harga diri bangsa Jepang sebagai bangsa yang kuat dan tidak bisa dilecehkan begitu saja oleh bangsa lain, apalagi bangsa barat. Pemimpin jepang yang dianggap lemah disingkirakan dan diganti oleh golongan nasionalis dan militer untuk duduk diparlemen dengan dukungan rakyat dan membangun era militerisme. Jepang kemudian keluar dari liga bangsa-bangsa dan menlakukan invansi ke daerah-daerah di Asia Timur dan mencoba untuk merebut Asia Tenggara dan wilayah perairan Pasifik dari Amerika dan Inggris. Klimaksnya, Jepang melakukan serangan ke pangkalan angkatan laut terbesar Amerika, Pearl Harbour. Serangan dadakan ini berhasil memporak-porandakan armada Amerika dan menewaskan lebih dari 2000 orang dan ribuan lainnya terluka serta menghancurkan kapal-kapal induk Amerika. Militer Jepang seperti kerasukan setan, pasca menyerang Pearl Harbour, serangan dilanjutkan ke seluruh pasifik hingga akhirnya dapat dikuasai Jepang secara total. Namun kejayaan Jepang tidak berlangsung lama, Sekutu segera meluncurkan serangan balasan dan memukul mundur militer Jepang. Di bawah instruksi Presiden Roosevelt, Amerika bangkit dan berusaha menghancurkan militer Jepang. Namun jepang tidak mau menyerah begitu saja. Demi harga diri yang sangat tinggi, Jepang memberlakukan wajib militer bagi laki-laki berumur 13 tahun hingga 60 tahun untuk berjuang bersama melawan sekutu dengan senjata apapun yang mereka miliki. Namun takdir berkata lain, Pada tanggal 6 Agustus 1945 Kota Hiroshima di bumihanguskan oleh senjata pemusnah paling dahsyat yang pernh diciptakan manusia, yaitu bom atom yang menewaskan seratus ribu rakyat Jepang dan disusul serangan kedua pada tanggal 9 Agustus 1945 di Kota Nagasaki yang akhirnya memaksa Jepang Menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Jepang hancur lebur, tak berdaya, semua infrastrukur penting hancur, seolah tidak ada harapan lagi bagi bangsa Jepang.

0 komentar:

Posting Komentar

    Merah Putih Clothing & Design

Pamplet Bulan April

Pamplet Bulan April

Kampus

Institut Pertanian Bogor