Hari ini, saya melihat kaum saya tidak berdaya, tertekan oleh mewahnya keduniawian.Identitas mereka sebagai generasi muda sudah lenyap. Kini angan-angan itu hanya sebuah fatamorgana semu dalam tabir kegelapan intelektual.
Ketika saya membaca karya guru-guru pendahulu tentang filosofi mahasiswa, hati saya terketuk untuk menulis tulisan ini dan ingin menyampaikan pada dunia bahwa kehidupan sudah semakin tidak bisa saya rasionalkan. Saya termangu melihat bagaimana kaum saya berusaha keras untuk berjuang, namun bukan berjuang untuk kaum tertindas melainkan untuk singgasana ego yang semakin angkuh. Saya tidak lagi melihat karya-karya kaum saya dalam altar prestasi. Saya tidak lagi melihat kaum saya berlomba-lomba untuk menjadi seorang pembelajar, saya tidak lagi melihat kaum saya berdiri kokoh dengan keyakinan yang dianutnya.
Saya tidak bisa menjelaskan dengan sistematis mengapa kini mahasiswa menjadi disfungsi. Peran intelektual-intelektual muda ini telah berubah menjadi peran yang lebih praktis-konsumtif. Tidak hanya gaya hidupnya yang semakin ”termodernisasi” dengan segala fasilitas yang sebenarnya sebuah propaganda. Bahkan pemikiran-pemikiran mahasiswa kini tidak lagi mampu kritis dalam menangkap realitas sosial, kepekaan intelektual mahasiswa telah hilang seiring dengan perubahan zaman yang semakin terglobal. Sekarang saya hanya bisa melihat kaum saya unjuk rasa besar-besaran, menghardik pembuat kebijakan, berkoar-koar tentang perubahan namun tidak dapat mendampingi perubahan, enggan bekerja cerdas untuk berfikir bersama, lebih memilih berhura-hura daripada berpikir untuk kebaikan bersama.
Disatu sisi, saya tidak bisa membedakan lagi antara mahasiswa dengan Event Organizer Konser yang disewa oleh perusahaan Rokok, Kondom, Obat, atau sebangsanya. Kaum ini bekerja mati-matian membuat sebuah gelaran akbar (apapun jenisnya) untuk sebuah Prestige, Ego, Keangkuhan yang dianggap sebagai Monumen dari prestasi mereka yang luar biasa dengan membuat acara besar dan mewah padahal minim esensi, hanya gengsi semata. Tidak segan dana hingga puluhan maupun ratusan juta dihabiskan untuk seremonial-seremonial mubazir ini. Padahal, jika masih mau menggunakan otak dan hati nurani. Masih banyak adik-adik dan sahabat tercinta yang terkukung oleh finansial dan tidak mampu menikmati bangku kuliah.
Lebih parah lagi, banyak mahasiswa yang tidak menyadari statusnya sebagai mahasiswa, sikap dan mentalnya seperti anak-anak. Jangankan membicarakan ide-ide besar, kuliah saja biasanya tidak berminat. Terlalu banyak mahasiswa dengan orientasi ”mencari gelar” yang akhirnya menjadi sampah intektual.
Sekarang coba tanyakan pada mahasiswa, Apa terobosan pemikiran mereka yang berguna bagi nusa dan bangsa? Semoga masih ada yang bisa menjawab. Amin
Sebuah Dokumentasi Pemikiran
Dalam Perubahan Harus Ada Sebuah Gerakan
-
Merah Putih Clothing & Design
Pamplet Bulan April
Kampus
Institut Pertanian Bogor
-
Sepeninggal Kaisar Meiji Ditahun 1912, Tahta tertinggi pemerintahan Jepang diambil alih oleh Taisho. Saat Taisho berkuasa, Jepang mulai men...
-
Acapkali terjadi sebuah distorsi interpretasi sejarah yang dilakukan oleh manusia. Tanpa harus dicermati secara kognitif, peristiwa sejarah ...
-
Fenomena krisis air yang melanda kehidupan manusia diseluruh dunia tidak bisa dipungkiri lagi. Seiring berjalannya waktu, attensi para pemer...
-
Saya menemukan sesuatu yang menarik di diktat kuliah,, saya share ya.. ada 4 gaya belajar menurut Lussier dan Poulos (1998) dengan mema...
-
komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan media massa, maksudnya semua jenis komunikasi yang menggunakan media massa ( radio, ...
0 komentar:
Posting Komentar