Perubahan Sosial Masyarakat Jepang (1) : Shogun & Restorasi

Jepang di era Tokugawa
Sejak tahun 1603 klan Tokugawa mengambil alih pemerintahan di Jepang dari keshogunan Muromachi. Saat itu sistem pemerintahan di Jepang dikuasai oleh kaum shogun ( jenderal ) yang memiliki kekuasaan secara de facto untuk menjalankan sistem pemerintahan di Jepang. Meski pada saat itu terdapat seorang Kaisar, namun fungsi Kaisar hanya sebagai simbol. Rezim ini dibentuk oleh Tokugawa Ieyasu dan secara turun temurun diwariskan kepada keluarga Tokugawa. Dalam konteks kesejarahan Jepang, rezim pemerintahan feodal militer ini disebut sebagai Zaman Edo karena pusat pemerintahan Tokugawa berada di Istana Edo (Tokyo). Di era Tokugawa, demi menjaga stabilitas Jepang dan menangkal gangguan dari luar, sejak tahun 1639 Tokugawa melakukan politik isolasi dari dunia luar. Sejak saat itu jepang menjadi bangsa yang tertutup bahkan beberapa negara Eropa yang datang ke Jepang terpaksa di usir keluar Jepang. Pada Era Tokugawa, ajaran Konfusius di adopsi dengan baik dan Tokugawa membagi masyarakat kedalam empat kelas, yang tertinggi adalah kaum samurai, lalu petani, pengrajin, dan pedagang. Kaum pedagang dianggap sebagai kaum terendah karena dianggap tidak produktif. Sementara itu kaum samurai yang merupakan para ksatria yang ahli dalam taktik bertempur dan ilmu pedang berada di posisi tertinggi. Dalam legenda para samurai terdapat salah satu tokoh yang sangat terkenal yaitu Miyamoto Musashi yang turut menemani para shogun dalam perang-perang akbar bersama para shogun. Pada masa keshogunan Tokugawa, pemberontakan sering terjadi akibat pembagian sistem kelas yang kaku dan tidak memungkinkan orang untuk berpindah kelas. Pajak yang dikenakan terhadap petani selalu berjumlah tetap dengan tidak memperhitungkan inflasi. Samurai yang menguasai tanah harus menanggung akibatnya, karena jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan semakin hari nilainya semakin berkurang. Perselisihan soal pajak sering menyulut pertikaian antara petani kaya dan kalangan samurai yang terhormat tapi kurang makmur. Pertikaian sering memicu kerusuhan lokal hingga pemberontakan berskala besar.

Hingga pada tahun 1853, perairan Edo dikejutkan dengan kedatangan kapal-kapal asing yang belum pernah dilihat sebelumnya. Kapal-kapal itu sangat besar dan nampak seperti monster bagi rakyat Jepang kala itu hingga mereka menamainya sebagai kapal hitam. Kapal perang dengan 65 buah moncong meriam dan teknologi persenjataan yang amat jauh lebih maju dari yang dimiliki jepang. Komandan kapal-kapal itu adalah laksamana Matthew C. Perry yang memberikan ultimatum dari pemerintah Amerika untuk membuka isolasi dan melayani dengan baik setiap kedatangan kapal-kapal mereka. Situasi ini membuat Pemerintahan Tokugawa menjadi gusar, mereka sadar bahwa mereka tidak akan mampu melawan persenjataan barat yang jauh lebih maju. Tokugawa yang menutup diri dari dunia luar membuat persenjataan modern tidak pernah berkembang di jepang. Akhirnya Tokugawa terpaksa menuruti permintaan Amerika sambil mengulur waktu untuk mengumpulkan kekuatan militer.
Akan tetapi keadaan ini tidak bisa diterima oleh banyak orang jepang. Bagi mereka, Jepang merupakan tanah suci dan kaisar merupakan dewa yang tidak boleh diganggu oleh orang-orang asing. Sejak dulu Bangsa jepang selalu curiga bahwa kedatangan bangsa asing ke negeri mereka adalah untuk menjajah dan menguasai sumber daya alam seperti yang terjadi di China. Akhirnya kemarahan orang-orang jepang semakin tidak tertahankan, kekerasan dan pembunuhan terhadap orang-orang asing marak terjadi dan peperangan di beberapa daerah di Jepang tidak dapat dihindari.

Keajaiban Restorasi Meiji



Pemerintahan Tokugawa tidak lagi berfungsi, mereka telah kehilangan kepercayaan dari bangsa jepang karena tidak mampu berbuat apa-apa untuk mempertahankan jepang, hingga pada awal tahun 1868, Yoshinibu Tokugawa yang merupakan shogun terakhir sudah tidak lagi berminat untuk mempertahankan kekuasaannya. Sejak saat itu, Seorang kaisar muda berumur 15 tahun bernama Mutsuhito Meiji dinyatakan sebagai penguasa baru jepang dan mengakhiri 250 tahun masa kejayaan shogun. Para samurai Chosu dan Satsuma yang notabenenya adalah loyalis kaisar dijadikan penasehat Kaisar dan memulai era pemerintahan baru. Peristiwa ini dikenang sebagai era pencerahan Jepang, yaitu Restorasi Meiji yang merupakan era perubahan terbesar dalam sejarah Jepang.
Pemimpin-pemimpin Meiji segera berbenah, mereka menyadari bahwa ini adalah momentum yang sangat tepat untuk membuat perubahan besar. Maka proses pembelajaran yang mungkin paling berhasil dalam sejarah umat manusia segera dimulai. Bangsa jepang adalah bangsa yang mempunyai rasa keingintahuan yang sangat tinggi, mereka sadar bahwa kecerdasan akan menentukan takdir mereka.
Para samurai-samurai muda segera mempelajari semua sumber kekuatan barat, hal ini mereka manifestasikan dengan mengirimkan orang-orang terbaik ke pusat pengetahuan dan teknologi barat, membangun pusat-pusat pendidikan teknis industrial, membeli mesin industri terbaru hasil revolusi industri dan membeli sebanyak-banyaknya buku-buku terbaru keluaran barat. Orang-orang jepang menjadi kaum pembelajar sejati. Mereka mengelana menjelajah Eropa untuk mempelajari model-model terbaik yang dapat diterapkan di negerinya. Selama era Meiji, ribuan ahli dan instruktur terbaik dari barat didatangkan untuk ikut membangun jepang. Jepang membuat badan-badan khusus yang bertujuan untuk mengembangkan dan ”mencuri” teknologi-teknologi barat. Jepang mengalami perubahan yang sangat signifikan, proses pembangunan (modernisasi) di Jepang berkembang dengan akselerasi yang sangat mengagumkan.
Tidak hanya itu, kualitas pendidikan terbaik di dunia menjadi target utama pada zaman Meiji. Jepang secara khusus mewajibkan semua rakyatnya untuk turut serta dalam wajib belajar dengan mendatangkan pakar-pakar pendidikan terbaik dari seluruh dunia. Kaum intelektual kini menjadi golongan dengan kelas tertinggi dan paling dihormati di seluruh jepang. Menteri pendidikan saat itu, Mori Arinori berpendapat bahwa pengetahuan yang sifatnya teknis dapat langsung bermanfaat bagi kemajuan ekonomi dan militer jepang daripada pembelajaran ilmu-ilmu murni tetapi sulit dikembangkan secara praktis. Untuk mendapatkan proses Industrialisasi yang mapan, Mori Arinori lebih cenderung melakukan pendekatan pendidikan yang bersifat teknis industrial.
Tiga puluh tahun pasca restorasi meiji, jepang telah menjadi bangsa yang sangat maju, sejajar dengan Inggris dan Amerika. Pembangunan di Jepang telah mengubah Nasib Jepang, Pabrik-Pabrik Industri, Bank, Sekolah, Universitas, Badan-Badan Pertanian telah menjadi simbol kebangkitan jepang. Ini semua merupakan kemajuan yang tidak hanya dibentuk oleh segelintir pengusaha besar. Namun juga merupakan kerja keras ribuan pengusaha berskala kecil serta para petani produktif yang tersebar di seluruh penjuru jepang. Sistem Feodal telah dihapus hingga ke akar-akarnya. Tidak ada lagi kelas yang diistimewakan, semua sama dan sederajat dibawah sistem pemerintahan yang oligarki. Namun kaum samurai tidak puas dengan kebijakan ini, sebab hak-hak istimewa yang melekat pada kaum samurai otomatis hilang. Ketidakpuasan ini berakibat konflik terbuka terhadap pemerintah. Pemberontakan-pemberontakan terjadi dan memaksa pemerintah untuk segera ”membungkam” gerakan-gerakan ini. Alhasil pada tahun 1877, pertempuran ”berat sebelah” antara 40 ribu samurai dengan 300 ribu tentara pemerintah terjadi. dan menewaskan banyak korban jiwa yang dianggap sebagai pengorbanan untuk kemajuan Jepang. Jenderal kaum samurai, Saigo Takamori ” The Last Samurai” tewas setelah melakukan seppuku – Ritual bunuh diri yang dianggap terhormat oleh kaum samurai-. Dengan kematian Saigo, berakhirlah era para samurai yang sangat fenomenal dan terhapuslah kelas samurai dari dataran negeri sakura yang merupakan ”pengorbanan” politik bersejarah demi kemajuan Jepang.

0 komentar:

Posting Komentar

    Merah Putih Clothing & Design

Pamplet Bulan April

Pamplet Bulan April

Kampus

Institut Pertanian Bogor